“Ya Allah, Ijinkan Dia Untukku”

Gambar

Kita sama sekali tidak tahu siapa pendamping hidup ini

Karena jodoh itu rezeki & masih misteri

Berpacaran ke sana ke mari tak akan ada gunanya lagi

Apalagi bersama pasangan yang berganti-ganti

Malah menghabiskan duit dan energi.

Namun bagaimana kalau hati telah terlanjur terpatri pada si doi

Yang berparas aduhai seperti bintang tipi

Atau berhidung mancung dan berlesung pipi

Mau menikah..

Jelas itu bukan solusi saat ini

Kuliah belum tuntas, tugas masih kocar-kacir sana-sini

Mau pacaran dengan si doi..

Gak lah, itu menyalahi syar’i

Tukar cincin..

Gak juga lah, jelas itu tidak islami

Lalu gimana dong..bingung niiiiiiiiiiiii……

 

-Ahad, 19 Mei 2013-

Remaja merapat, mendekat, dan memasuki masjid Baiturrahim Politama tercinta kami. Datang dari segala penjuru solo ini. Bersama rekan, kawan, bahkan sanak famili. Ada yang menunggang motor, ada pula yang bersepeda dengan peluh membasahi. Perempuan ataupun lakik-laki, semua berwajah berseri-seri. Mulai remaja-remaja SMA/K, mahasiswa, bahkan yang sudah punya anak pun menghadiri. Ingin menimba ilmu di ahad pagi dan berburu solusi terhadap masalah yang sedang dihadapi.

Buku tamu diisi dan snack pun mengiringi. Tak sedikit yang melirik ke arah bazar buku kami. Ada yang dengan enteng membeli, ada pula yang sekedar bertanya harga untuk basa-basi. Mereka yang berniat membeli untuk melengkapi koleksi, namun ada juga yang hanya tertarik dengan tanda tangan Uztad pengisi.

Shaf-shaf di dalam masjid terlihat rapi. Baris demi baris terisi dan terpenuhi. Jam 09.00 acara dimulai. Dibuka oleh Master of Ceremony LDK FKUI. Akhi Riyadus Sholikhin lantang mengawali dengan salam membuka pagi. Pidato sambutan silih berganti. Mulai dari Ketua Pelaksana sampai takmir masjid yang diwakili.

Matahari semakin meninggi, acara terus berlanjut, dan peserta semakin membanjiri. Karpet masjid yang telah tertata rapi tak muat menampung akhwat-akhwat berkerudung anggun nan rapi. Alhasil, panitia harus bergerak gesit untuk menggelar karpet lagi. Di barisan ikhwan, tak ada ribut-ribut karpet seperti ini. Tetap tenang dan berkonsentrasi. Bersila memperhatikan Moderator yang duduk di atas kursi. Akhi Raharjo Mulyono Lc (Lare Cemani) membuka topik pagi ini. Bak moderator profesional di acara tipi-tipi, membawakan acara dengan damai di hati, dan membacakan tema bedah buku kali ini.

“Ya Allah Izinkan Dia Untukku” itulah judul buku bercover merah hati. Masih terdengar suara yang sama, mengulas sedikit isi buku  dengan Percaya Diri memenuhi rongga hati. 5 menit berlalu dan suara telah berganti. Uztad Burhan Shodiq, S.S. sang penulis buku telah berbagi. Menyajikan fenomena-fenomena CBSA (Cinta Bersemi Sesama Aktivis) dan mengawali bahasan dengan “MeGalauMen” yang nampak di slide depan kami.

Pemaparan keren yang menggelitik bahkan cukup menabrak hati. Cekikak-cekikik banyak terdengar di kanan kiri. Menganggukkan kepala setiap kali tertendang oleh kata-kata Uztad gaul ini.

“Ukhti bangun yukkk. Sudah jam berapa ini?? Kita bersujud di hadapan Rabbul izzati,” HP berdering tanda inbox telah terisi.

“Emmm eh..iya Akhi. Sudah jam 3 pagi.”

“Saatnya shalat Tahajud dulu agar organisasi kita tetap mampu menyampaikan nilai-nilai islami.”

“He’em benar Akhi. Di kampus maksiat merajalela dan kita harus mampu menandingi.”

“Ya sudah mari sholat dulu. Jama’ah aja Ukhti.”

“Ok. Baiklah. “***

“Akhi kok sujud lagi??”

“Iya Ukhti. Ini namanya sujud syahwi. “

“toeng!!&@2%//3=+”

Senyum masih merekah, tawa kecil pun mengiringi. Sang Uztad masih dengan lihai memilih kata-kata untuk menyampaikan pesan hati. Cinta terselubung berkedok dakwah dikupas habis-habisan pagi ini. Aktivis yang sering orasi tentang perjuangan Islam ternyata banyak yang melempem jika telah berurusan dengan si kerudung biru yang menawan hati. Muslimah yang sering berdakwah dan membina TPQ akan klepek-klepek jika telah berurusan dengan ikhwan bercelana cingkrang, berjenggot panjang, dan berjidat hitam jago berkuda, memanah, bahkan berenang di bak mandi.

Maka muncullah fenomena-fenomena JIL yang menjangkiti. Bukan Jaringan Iblis Laknatullah namun Jamaah Ikhwan Lebai. Mereka mengobral janji akan menikahi. Namun masih 3 tahun lagi. “Tunggu ana sampai lulus kuliah, Ukhti,”katanya menggombali. Parahnya lagi, akhwat berkerudung lebar, berbusana besar dan bergamis panjang, menerima janji itu dengan senang hati. Sebelum menikah sudah saling jatuh hati. Sebelum resmi sudah saling mengagumi. Sebelum halal sudah panggil Abi-Umi. Hmmm ngeri sekali tragedi ini.

Lalu harus bagaimana menyikapi?? Cinta sudah terpancang kuat di lembah hati doi, pikiran selalu terbayang oleh kelebat sang kekasih hati, telinga selalu mendengar suara khas milik penawan hati, trus musti gimana ni??

Wahai kau pemilik hati yang bingung sedang menyelimuti. Yang masih setia menyimak postingan ini. Yang masih nyengar-nyengir menemukan tulisan menggelitik LDK FKUI. Mari lakukan saran Uztad di bawah ini. Dijamin gak nyesel apalagi bikin grogi. Jika tidak berhasil, maka uang boleh kembali (kalo’ yang ini gak nyambung euy). Xi,xi,xi. Sudah siap eksekusi?? Maka mari simak dengan sepenuh hati.

Hal pertama yang musti kamu lakukan adalah jangan pacaran jika kamu belum mampu menikahi ataupun dinikahi. Seberapa besarpun godaan dari luar, teguhlah menjaga cintamu hanya untuk dia yang halal membersamai.

Kedua, komitmenlah dengan Islam ini. Jangan hanya profil di FB saja yang bertuliskan Islam, namun Islam kudu terpatri di dalam hati. Jika menginginkan pendamping yang akhlaknya baik, maka kau juga harus pantaskan diri. Karena, ikhwan sholeh tak datang di diskotik malam hari. Karena, akhwat sholehah tak hadir di konser K-Pop sampai pagi hari.

Ketiga, memohon yang terbaik kepada Rabbul Izzati. Meminta yang terbaik agar kelak bisa saling menghormati, menghargai, dan memahami. Ingat, karena “dia” masih misteri, jadi jangan tanggung-tanggung untuk meminta yang terbaik untuk mendampingi diri.

 Hmmm..sudah panjang lebar kali tinggi kami jelaskan di sini. Jika masih kurang puas, silakan dipuaskan sendiri. Bagaimana caranya, Akhi?? Silakan membeli buku yang dibedah ini, Ukhti. Bisa didapat di toko buku terdekat, asal tak di toko buku Kristiani. Karena bisa dijamin, kau tak akan bisa mendapati. Atau silakan pesan ke admin blog ini. Kami siap mengantar ke tempat Anda asal disiapkan biskuit lezat dan teh anget atau kopi.

Peserta membludak, snack raib tak tersisa, & buku-buku banyak terbeli. Panitia puas berhasil menyuguhkan yang terbaik untuk yang mengikuti, meski sebagian akhwat harus duduk tanpai karpet di lantai. Lelah telah terganti. Semoga upaya kami membawa perubahan positif untuk anak negeri. Tak banyak yang kami ingini. Hanya mengharap tegaknya nilai-nilai Islami terutama di hati muda-mudi. Agar kedamaian Islam bukan sekedar gaung indah di tepi. Namun mampu merengkuh semua insan di bumi ini.

Salam cinta yang selalu terjaga.#nay

Satu dalam Keberagaman

Adalah merupakan realita kehidupan rakyat Indonesia yang telah dianugerahkan oleh Allah sebagai bangsa yang memiliki perbedaan dalam segala hal baik suku, ras, agama, golongan, bahasa, adat-istiadat dan sebaginya. Oleh karena itu setiap warganegara dituntut agar dapat menerima segala perbedaan tersebut tanpa merasa asing di tengah-tengah perbedaan tersebut. Allah telah berfirman dalam QS.Alhujurat 13

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Kisah Bisyr bin al-Harits al-Hafi

Kita sangat mengenal seorang sufi besar, Bisyr bin al-Harits al-Hafi (150–227 H). Awal mula ia bertaubat dan memasuki dunia sufi, sebenarnya gara-gara secarik kertas yang tercicir dan dipijak orang ramai. Ia melihat kertas itu dengan hati yang sangat sedih. Sebab pada kertas itu ada tulisan Nama Allah. Lalu kertas itu ia ambil, bahkan kertas itu ia beli dengan harga satu dirham. Kemudian kertas itu dia bersihkan sampai bersih, lantas dia letakkan di celah-celah sebuah tembok. Baca lebih lanjut